Ulasan Pengajian Al Hikam
Hari / Tanggal : Jum'at, 6 Oktober 2017
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf
--------------------------------------------------------------
Dzikir Dhahir Timbul Dari Batin
مَا كَانَ ظَاهِرُ ذِكْرٍ إِلاَّ عَنْ بَاطِنِ شُهُوْدٍ أَوْ فِكْرٍ
Tidak ada dzikir pada dhahir kecuali timbul dari pemikiran dan penyaksian batin.
Orang yang suka berdzikir menyebut Allah menunjukkan bahwa di hati orang itu ada kecintaan kepada Allah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ شَيْئًا أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِهِ
“Orang yang cinta kepada sesuatu, maka ia banyak menyebutnya.”
Sedangkan rasa cinta itu timbul dari dzauq (perasaan) dan makrifah (pengetahuan). Maka setiap orang yang tenggelam dalam dzikir itu dikarenakan ruhnya telah menyaksikan kecantikan Hadrah atau memikirkan keindahan dzat yang namanya ia sebut atau memikirkan bagusnya pahala berdzikir. Jadi, setiap dzikir dhahir itu pasti timbul dari penyaksian atau pemikiran batin. Karena, amal dhahir menurut apa yang ada pada batin. Dorongan batinlah yang menimbulkan adanya amal dhahir itu.
Dalam berdzikir manusia terbagi menjadi tiga golongan. Ada yang berdzikir karena mencari pahala. Ada yang berdzikir menginginkan hatinya bisa hadir (khusyuk bersama Allah). Ada yang berdzikir karena sampai kepada Allah dan tabir tersingkap bagi mereka.
Arti kata hikmah sesuai dengan kata hikmah sebelumnya yang berbunyi:
مَا اسْتُوْدِعَ فِيْ غَيْبِ السَّرَائِرِ ظَهَرَ فِيْ شهَادَةِ الظَّوَاهِرِ
“Apa yang tersimpan di dalam rahasia batin tampak nyata pada dhahir.”
Maksudnya, segala sesuatu yang tersimpan dalam hati, baik kebaikan atau keburukan, sifat terpuji atau tercela, pasti tampak pada anggota dhahir.
Misalnya, rahmat atau belas kasih yang ada dalam hati seseorang akan terlihat pada raut muka orang tersebut. Begitu pula, kebencian ataupun kemarahan yang ada pada hati bisa terbaca dari wajah dan perilaku pelakunya. Seseorang yang bertingkah laku sopan dan santun dalam kata menunjukkan bahwa batin orang itu juga sopan dan santun. Kata-kata yang keluar dari mulut menunjukkan kepada apa yang tersimpan dalam hati. Abu Hafs Al-Haddad berkata: “Baiknya adab dhahir timbul dari baiknya adab batin. Karena Nabi bersabda mengenai orang yang bermain dengan jenggotnya waktu shalat, ‘Andai hati orang ini khusyu’, maka anggota badannya juga khusyu’.”
Itu semua dikarenakan apa yang tampak pada anggota badan adalah pengaruh dari apa yang ada pada batin seseorang.
Allah Ta’ala berfirman:
“Kamu mengenal mereka dengan tanda mereka.” (QS. Al-Baqarah : 283)
Ayat di atas menerangkan tentang orang miskin yang tidak mau meminta-minta. Allah menyatakan bahwa Nabi Muhammad bisa mengenali orang-orang ini dari tanda yang ada pada wajah mereka.
Allah Ta’ala berfirman mengenai para sahabat Nabi:
“Tanda mereka tampak di wajah mereka dari bekas sujud.” (QS. Al-Fath : 29)
Ayat ini menunjukkan bahwa cahaya iman yang ada di hati seseorang bisa menembus dan tampak di wajahnya. Bukanlah yang dimaksud dengan bekas sujud adalah tanda hitam di dahi. Tapi yang dimaksud adalah cahaya yang tampak di wajah dari pengaruh ibadah dan khusyuknya hati.
Begitupula kegelapan yang ada di dalam hati seseorang bisa tampak di wajahnya. Walau kulit wajahnya putih, tapi tampak gelap. Orang yang punya mata hati bisa melihat dan membedakan itu.
Di antaranya ialah golongan para wali yang dikenal dengan Rajabiyyun. Termasuk hal mereka ialah mereka dapat membedakan orang Syi’ah atau bukan. Mereka melihat orang Syi’ah berbentuk babi. Jika orang Syi’ah tadi bertaubat sungguh-sungguh, maka wali Rajabiyyun itu kembali melihat mereka seperti manusia biasa.
Allah menjadikan bentuk babi sebagai tanda bagi pegikut aqidah Syi’ah yang dapat dilihat oleh wali Rajabiyyun.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَسَرَّ سَرِيْرَةً كَسَاهُ اللهُ رِدَاءَهَا
“Siapa yang menyembunyikan dalam hatinya sesuatu maka Allah akan menampakkan isi hatinya.”
Tags
# Ulasan Pengajian
Share This
About Darul Ihya
Ulasan Pengajian
Labels:
Ulasan Pengajian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Author Details
Pondok Pesantren Darul Ihya' Li'ulumiddin adalah lembaga pendidikan islam Ahlussunnah wal Jama'ah yang didirikan oleh Habib Ahmad bin Husein Assegaf sejak 12 Robi'ul Awal 1422 H / 04 Juni 2001 M. Nama Darul Ihya' Li'ulumiddin dipilih untuk pesantren ini mengutip sebuah nama kitab Ihya' Ulumuddin, karya monumental hujjatul Islam Imam Ghozaly, karena mengharap berkah dar majlis dars kitab Ihya' Ulumuddin yang di ta'sis oleh Habib Al Quthb Abu Bakar bin Muhammad Assegaf (Gresik) mulai awal rojab 1344 H/ 15 Januari 1926 M di kediaman Habib Abu Bakar bin Husein Assegaf, kakek pegasuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar