Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi dikenal Habib Ali Simtud Duror, karena beliau menulis kitab Maulid yang diberi nama Simtud Duror yang tersohor itu. Kitab yang dibaca oleh para muhibbin di berbagai Negara. Habib Ali adalah wali yang dikenal (masyhur) di kalangan ulama, baik di Madinah, Hadramaut, Indonesia, Malaysia, dan penjuru dunia yang lain. Beliau dikenal sangat dekat dengan Rasulullah Saw. Sampai-sampai banyak riwayat terpercaya yang mengatakan Nabi Saw membanggakannya dan menyebut namanya.
Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi dilahirkan Jum'at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di Hadhramaut, Yaman. Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husain bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai wanita solihah yang amat bijaksana.
Ayahanda Habib Ali adalah Mufti Syafi'iyyah di Makkah sejak tahun 1270 H menggantikan Syaikh Ahmad Dimyathi yang wafat. Setelah kewafatan Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi, posisi sebagai mufti diganti oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan.
Di antara ulama Melayu yang berguru kepada Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi ialah Syaikh Arsyad Thawil Banten, Jawa Barat. Ia juga berguru kepada kakak Habib Ali, yaitu al-Muhaddits Habib Husain bin Muhammad bin Husain al-Habsyi. Syaikh Mahfuz Termas dan KH Hasyim Asy'ari juga pernah belajar hadits di Mekkah kepada Habib Husain ini.
Pendidikan dan guru-guru beliau
Sejak kecil, Habib Ali Alhabsyi dididik oleh ayahanda beliau, Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi. Ayahanda beliau berangkat ke Mekah dan tinggal di sana ketika Habib Ali berusia tujuh tahun. Kemudian urusan pendidikan beliau diambil alih oleh ibunda beliau.
Seterusnya, beliau belajar dari banyak ulama, diantaranya:
Habib Hasan bin Shaleh al-Bahr, Al-'Allamah al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir (syaikh fath dan tahkim), Al-'Arifbillah al-Habib Abu Bakar bin 'Abdullah al-'Athash (shaikh fath beliau), Al-'Allamah Habib Umar bin Hasan bin 'Abdullah al-Haddad, Al-'Allamah 'Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur, Al-Habib 'Ali bin Idrus bin Syihabuddin, Al-Habib Umar bin 'Abdurrahman Bin Syahab, Al-Habib Muhsin bin 'Alwi al-Saggaf, Al-Habib 'Abdul Qadir bin Hasan bin Umar bin Saggaf, Al-Habib Muhammad bin 'Ali bin 'Alwi al-Saggaf, Al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar, Al-Habib 'Idrus bin Umar al-Habsyi, Sayyid 'Abdullah bin Husain bin Muhammad, Syaikh Muhammad bin Ibrahim.
Kiprahnya Dalam Pendidikan Dan Dakwah
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Beliau menghidupkan ilmu agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Beliau mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid Riyadh di kota Seiwun (Hadhramaut), dabn Ribath (pondok) yang dilengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari. Ribath Habib Ali tercatat sebagai pesantren pertama yang ada di Hadramaut.
Bimbingan dan asuhan beliau ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya. Kemudian mereka meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan hanya di Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Keturunan Dan Karyanya
Habib Ali Al-Habsyi meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, Ahad 20 Rabi'ul Akhir 1333 H dalam usia 74 tahun. Beliau meninggalkan empat orang putera dan satu putri yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.
Putra putri Habib Ali adalah: Habib Abdullah, Habib Muhammad, Habib Ahmad, Habib Alwi dan Syarifah Khadijah.
Dua putera Habib Ali Al-Habsyi tinggal dan wafat di Solo, Jawa Tengah, Indonesia; Habib Ahmad bin Ali Al-Habsyi wafat di Solo tahun 1346 H, dan puteranya yang bungsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid Riyadh di kota Solo (Surakarta).
Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi dikenal sebagai pribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi'ul Awal 1373 H dan dimakamkan di samping Masjid yang didirikannya, Surakarta. Kemudian posisinya diganti oleh sang putera, Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi sampai beliau meninggal pada 14 Syawal 1427 H/6 November 2006 M.
Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya).
Memang, Habib Ali Al-Habsyi dikenal sangat menghormati hal-hal yang terkait dengan Nabi Saw. Setiap membaca hadis beliau tertunduk khusyu'. Seperti akhlak para ahli hadis salaf terdahulu. Bahkan, beliau setiap berangkat mengajar ia memakai pakaian terbaiknya dan pakaian kebanggaan sebagai hormat terhadap hadis nabi Muhammad Saw. (www.aswaja.co.id)
*(diolah dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar