KEMUNCULAN karomah dalam diri seorang sufi merupakan kemuliaan dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Karena itu, kemampuan melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan manusia lain (khariq al-'adah) ini terjadi pada orang shalih, orang yang telah sampai pada level kedekatan dengan Allah Subhanahu wa ta'ala, melalui pengamalan syariah pada tingkat puncak (ihsan) dan pembersihan hati (tazkiyatun nafs) yang sempurna. Mereka yang sampai pada tingkat ini disebut waliyullah.
Jadi, karomah tidak diberikan Allah Subhanahu wa ta'ala kepada hamba-Nya yang belum sempurna pengamalan syariahnya. Apalagi kepada manusia yang ingkar atau keyakinannya menyimpang dari batas-batas agama. Karamah itu wujud kemuliaan dari Allah.
Habib Ali Al-Habsyi, dalam kesaksian para ulama pada masanya, dikenal ulama yang sangat dekat dengan Allah Swt, sehingga dalam manaqib yang ditulis beberapa ulama ada kisah-kisah karomah beliau.
Di antaranya, beliau Habib Ali Al-Habsyi disebut-sebut oleh Rasulullah Saw sebagai seorang yang paling ia cintai.
Dikisahkan ada seorang alim, wali, dari negeri Maghrib melaksanakan haji. Sampai suatu saat ia sampai di kota Madinah, i'tikaf di masjid Nabawi, selalu berdzikir berada di sekitaran makam Nabi Muhammaad Saw. Sampai suatu akhirnya bertemu secara langsung dengan Nabi Saw dengan wujudnya yang asli selama tiga malam.
Pada malam pertama perjumpaannya, dia bertanya kepada Nabi Muhammad Saw: “Ya Rasulullah Saw, siapa orang yang paling engkau cintai?”
Nabi Saw menjawab:
اَحَبُّ النَّاسِ اِلَيَّ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّد الْحَبَشِيُّ
“Manusia yang paling aku cintai adalah Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Demikian seterusnya, selama tiga malam berjumpa Nabi Saw, dia bertanya dengan pertanyaan yang sama. Dan Nabi Muhammad Saw pun menjawab dengan jawaban yang sama.
Setelah malam ketiga lewat, si alim dari negeri Maghribi itu berjalan ke tempat mukimnya dan bertanya kepada penduduk Madinah perihal siapa orang yang bernama Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Penduduk Madinah lalu mengantarkannya kepada sayid Ali bin Hasyim al-Habsyi. Si alim dari Maghribi bertanya kepada sayid Ali bin Hasyim al-Habsyi tentang sosok Ali bin Muhammad al-Habsyi. Setelah ditanyai maka si maghribi itu berkata, Bukan anda yang aku cari.
Lalu diantarkanlah si alim itu kepada sayid Ali in Ali al-Habsyi. Dia bertanya: Engkau Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Sayid Ali menjawab: Bukan.
Kemudian dia bertanya lagi: Kamu tahu seseorang bernama Ali bin Muhammad al-Habsyi di dunia?
Dia jawab: Iya. Dia dari Hadramaut. Ada apa engkau menanyakan beliau?
Si alim lantas menceritakan perjumpannya dengan Nabi Saw selama tiga malam itu.
Keistimewaan lainnya adalah, dikisahkan oleh sayid Abdullah bin Muhammad bin Aqil al-Attas tentang mimpinya kepada Habib Ali Al-Habsyi.
Ia bercerita, saya bermimpi melihat kumpulan orang banyak. Mereka berdatangan dari berbagai tempat. Di dekat orang-orang itu ada sebuah rumah. Dan Nabi Muhammad Saw ada di dalam rumah tersebut. Sementara Sayidina Ali bin Abi Thalib bersama orang-orang sedang menunggu Nabi Saw keluar dari rumah itu. Sampai terdengarlah suara berasal dari atas rumah, yang berseru:
Wahai manusia, berhubungan lah kalian dengan Ali bin Muhammad al-Habsyi. Barang siapa menyambung dengan dia, maka dia sama berhubungan dengan Nabi Saw. Barang siapa yang mengangkat dia jadi kekasih, maka dia sama menjadikan Nabi Saw sebagai kekasih. Barang siapa yang bersalaman dengan dia, maka dia sama bersamalan dengan Nabi Saw.
Lalu Habib Abdullah bin Muhammad Al-Attas berkata kepada Habib Ali, Seakan akan dzat Nabi Saw masuk ke dalam dirimu. Maka anda seperti menjadi dia,
Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi pernah bercerita:
Semalam aku bermimpi seakan aku di dalam qubbah Nabi Saw, dan aku bersama beberapa sahabatku. Kemudian aku menerangkan kepada mereka tentang qubbahnya Nabi Saw. Kemudian tiba-tiba aku di Raudhoh (dekat makam Nabi Saw). Ketika aku masuk dan menuju makam mulia Nabi Saw, tiba-tiba makam itu terbuka. Lalu cahaya Nabi Saw menyinariku. Sampai-sampai aku tidak mampu melihat ke hadapannya disebabkan terangnya cahaya tersebut yang mengenaiku.
Karomah yang juga masyhur di kalangan penduduk Hadramaut adalah ucapan salamnya kepada Nabi Muhammad Saw di dalam tasyahud. Konon, salamnya Habib Ali al-Habsyi dijawab langsung oleh Nabi Saw dan jawaban salam Nabi itu terdengar olehnya dan seluruh makmum yang sholat bersamanya.
Habib Ali Al-Habsyi berkata:
Rasulullah SAW memberi kabar gembira kepada kami dalam mimpi yang aku lihat pada malam 13 Ramadhan. Aku masuk kepada Rasulullah di Hujrah Assyarifah (Kamar makam Nabi). Ketika aku mengucapkan salam kepadanya, Nabi menjawab salamku. Dan Nabi berkata kepadaku:
اَعْمَالُكَ وَاَعْمَالُ اَصْحَابِكَ مَقْبُوْلَةٌ
“Amal-amalmu dan amal-amal sahabat-sahabatmu (murid-muridmu) diterima (Allah).”
Semoga Allah menggolongkan kita di dalam murid-murid Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Amin.(www.aswaja.co.id)
*(kh/diambil dari kitab Fuyudhot al-Bahr al-Mali min Manqibi wa Akhbari Sayidina al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Abdullah al-Habsyi).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Author Details
Pondok Pesantren Darul Ihya' Li'ulumiddin adalah lembaga pendidikan islam Ahlussunnah wal Jama'ah yang didirikan oleh Habib Ahmad bin Husein Assegaf sejak 12 Robi'ul Awal 1422 H / 04 Juni 2001 M. Nama Darul Ihya' Li'ulumiddin dipilih untuk pesantren ini mengutip sebuah nama kitab Ihya' Ulumuddin, karya monumental hujjatul Islam Imam Ghozaly, karena mengharap berkah dar majlis dars kitab Ihya' Ulumuddin yang di ta'sis oleh Habib Al Quthb Abu Bakar bin Muhammad Assegaf (Gresik) mulai awal rojab 1344 H/ 15 Januari 1926 M di kediaman Habib Abu Bakar bin Husein Assegaf, kakek pegasuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar