Ulasan Pengajian Al Hikam
Tamak itu bertentangan dengan sifatnya
orang-orang beriman, karena orang beriman itu sifatnya mulia, sedangkan ketamakan
itu membawa pada kehinaan. Kehinaan itu sifatnya orang-orang kafir dan orang-orang
munafiq, sehingga tidak pantas kehinaan itu disandang oleh orang beriman.
Dan tidak ada yang mendatangkan
kehinaan lebih besar dari pada ketamakan, sumber utama kehinaan itu dari
ketamakan, bahkan munculnya macam-macam kehinaan itu berasal dari bibit
ketamakan. Artinya, dengan adanya bibit ketamakan dalam hati seseorang akan
timbul tingkah-tingkah/ perbuatan-perbuatan hina gara-gara ketamakan.
Bahkan disebutkan juga, bagaimana kita tahu ketamakan itu akhirnya ujung-ujungnya tidak mendapat apa-apa, kita lihat dari huruf nya طمع, ط hurufnya berlobang, م juga berlobang, ع juga berlobang. Artinya apa, tidak pernah kenyang, masuk terus tidak pernah kenyang yang berarti semua itu tidak mendapat apa-apa/ kosong. Bila tidak berlubang sesuatu yang jatuh kesana itu ditimpa, seperti sebuah wadah yang tidak lobang dan bocor, bila ada air masuk, tetap tidak kemana-mana, bila ditambah air itu pun masih tetap tidak kemana-mana. Berbeda kalau ada wadah yang bocor, bila di isi satu gelas atau satu liter habis di isi dua liter habis, karena bocor, begitu pula orang yang tamak tidak pernah merasa puas, dikasih satu mobil kurang, satu rumah mewah kurang meski diberi berapa pun ia tetap kurang. Dan orang yang tamak (rakus) dia akan terbelenggu dengan sesuatu yang dia inginkan, dia akan susah untuk melepas sesuatu itu karena dia sudah masuk dalam kerakusan. Obatnya supaya kita tidak rakus lagi yaitu tidak butuh kepada orang lain hanya butuh kepada Allah.
Al-imam
Abu Hasan Al-Warraq an-Naisaburi radiyallahhu anhu berkata: “Siapa orang
yang terbesit di hatinya menyukai sesuatu (rakus) dari pada dunia maka dia telah
membunuh dirinya dengan pedang ketamakan. (maksudnya adalah suka dengan
sesuatu kamu siap dibunuh oleh sesuatu itu, siap di perbudak dan diganggu oleh sesuatu
itu). Dan barang siapa yang suka pada sesuatu menginginkan sesuatu dia kan
ditarik dalam kehinaan. Dan dengan kehinaan tersebut dia binasa.”
Dalam
syair di sebutkan:
أَتَطْمَعُ فِيْ لَيْلَى وَتَعْلَمَ اَنَّمَا # تُقَطِّعَ اَعْنَاقَ الرِّجَالِ
الْمَطَامِعُ
Apakah engkau rakus ingin mendapatkan laila padahal engkau tahu
Laila memancung leher lelaki yang suka padanya
Maka
tidak mustahil sifat rakus itu dapat merusak agama dan mengikis habis cahaya
keimanan seseorang kepada Allah. Ini disebabkanoleh rakus itu mengikuti hawa
nafsunya.
Dalam kitab At-Tanwir, Ibnu Athaillah berkata: “Maka carilah sifat wara’ dalam dirimu lebih dari engkau mencari yang lain. Sucikanlah dirimu dari sifat rakus kepada makhluk. Seandainya rakus itu mensucikan dirinya dengan mandi air tujuh lautan, maka air sebanyak itu tidak dapat mensucikannya, kecuali dia putus asa dari mereka (makhluk) dan kehilangan keinginan dari mereka.”
Supaya kita bisa beribadah dengan tenang, bisa fokus terhadap Allah, fokus berjalan menuju Allah, maka nomor satu yang harus kita hilangkan adalah kerakusan karena kerakusan itu bisa menghancurkan semua kebaikan dan kerakusan itu terus akan menggerogoti hati kita, karena tidak ada lain kerakusan itu munculnya dari pada keraguan terhadap takdir.
Mudah-mudahan Allah memberi kita taufik dan hidayah, dan mudah-mudahan dibersihkan hati kita daripada sifat kerakusan, mudah-mudahan hati kita diisi dengan sifat qona'ah. Amin. (Santri Darul Ihya')
Wallahu a'lam bi Asshawab.
Mudah-mudahan bermanfaat. https://t.me/darulihya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar