TIDAK MERASA SALAH ADALAH KEBODOHAN SEORANG MURID

TIDAK MERASA SALAH ADALAH KEBODOHAN SEORANG MURID

Share This


 

"Termasuk dari kebodohan seorang murid (orang yang berjalan menuju Allah), jika dia berbuat salah (su'ul adab) lalu tidak langsung dihukum /dapat hukuman kemudian si murid berkata: 'Kalau seandainya yang aku lakukan ini kesalahan pasti bantuan dari Allah sudah di putus dan pasti aku sudah dijauhkan dari Allah,' terkadang madad iu diputus tanpa disadari oleh si murid ini walaupun hanya sekedar tidak adanya kemajuan /tambahan dari Allah, terkadang dia sudah dijauhkan dari Allah sedangkan tidak tahu. Adakalanya engkau dibiarkan menuruti hawa nafsu.

 

          Termasuk kebodohan, merasa benar ketika berbuat salah, merasa dekat dengan Allah ketika salah dan dia berkata: "jika aku salah, maka bantuan Allah kenikmatan dari Allah akan diputus /akan hilang." Tapi sebenarnya dia sudah diputus dari bantuan Allah, tidak mendapat nikmat Allah sedangkan dia tidak menyadari nya karena Allah menjauhkan dia dengan cara diberi kenikmatan.

          Hal ini juga bentuk atau macam dari pada istidraj, seorang murid yang berbuat kesalahan tapi keadaannya tetap baik-baik saja, tetap sholat, tetap puasa, tetap ibadah, tetap mengajar, tetap dihormati oleh orang tapi sebenarnya dia sudah di putus dari bantuan Allah, tanpa disadari oleh dia.

           Juga termasuk hukuman karena tidak sopan (su'ul adab) kepada Allah yaitu ketika kita tidak ada kemajuan dalam ibadah, tidak ada tambahan maqom, tidak ada tambahan derajat ini juga sebenarnya hukuman. 

          Al-Imam Ghazali berkata: "Orang yang paling berbahaya itu orang yang berilmu tapi dia merasa paling dekat dengan Allah, merasa paling dicintai Allah, merasa punya ilmu lebih baik, lebih baik orang yang bodoh tapi dia tidak merasa dirinya pintar / yang bermaksiat, yang tidak merasa punya apa-apa."

          Ada ulama' yang ditanya: "Mana yang lebih afdhol orang alim yang mengamalkan ilmunya atau habib yang bodoh ?", kemudian beliau menundukkan kepala sambil ketakutan dan beliau menjawab: "Demi Allah, satu sayyid yang bodoh itu lebih afdhol dari pada tujuh puluh ulama'/orang alim yng mengamalkan ilmunya."

          Di dalam tasawwuf adab itu lebih penting dari pada ilmu, ilmu itu tidak perlu banyak-banyak tapi perbanyak adab yang baik. Akhlaq nomor satu dan ilmu itu nomor dua. (Mthr)


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages