Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 05 Shofar 1444 H - 02 September 2022 M
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf
وُرُوْدُ الإِمْدَادِ بِحَسَبِ الْإِسْتِعْدَادِ و َشُرُوقُ الْأَنْوَارِ عَلَى حَسَبِ صَفَاءِ الْأَسْرَارِ
Datangnya karunia dari Allah menurut persiapan, dan terbitnya cahaya menurut kebersihan hati.
Madad ilahi (karunia dari Allah) akan turun di hati manusia menurut persiapan yang dilakukan oleh orang tersebut. Atau dengan kata lain:
قَالَ بَعْضُ الْعَرفِيْنَ: الْوَارِدَاتُ مِنْ حَيْثُ الْأَوْرَادِ فَمَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وِرْدٌ فِيْ ظَاهِرِهِ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَارِدٌ فِي سَرَائِرِهِ
Seorang Arif (ulama') berkata: "Warid (pemberian Allah yang datang di hati) tergantung pada wirid (amal ibadah yang di lakukan secara istiqomah). Maka barang siapa yang tidak memiliki wirid pada dhohirnya, ia pun tidak mempunyai wirid di bathinnya."
Dari perkataan diatas kita telah mengetahui bahwasanya datangnya karunia dari Allah dengan sebab amal ibadah yang di kerjakan oleh seorang hamba secara rutin & istiqomah (wirid). Maka mustahil bagi siapa yang menghendaki karunia dari Allah akan tetapi ia enggan untuk melazimi suatu wirid (amal ibadah).
Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad As-seggaf dalam pengajian kitab Syarah Hikam Ibnu Athoillah As-Sakandari beliau mengatakan: "Berkhayal orang yang mengharapkan Ilmu Ladunni, Mukasyafah, atau pemberian dari Allah sedangkan ia tak punya persiapan apa-apa (tidak memiliki wirid/istiqomah dalam beribadah). Ini ibaratkan orang yang hendak menaiki sebuah atap tapi di sisi nya tidak ada tangga, atau seperti orang yang mendambakan kesembuhan akan tetapi ia sendiri enggan untuk berobat."
Maka apabila wirid yang dikerjakan seseorang semakin banyak, semakin banyak pula warid (karunia dari Allah) yang ia terima. Apabila ia terus-menerus beristiqomah melakukan wiridnya, maka warid yang ia peroleh akan terus menerus turun ke hatinya. Begitu juga sebaliknya semakin sedikit seseorang melakukan sebuah wirid, maka akan semakin sedikit juga warid (karunia dari Allah) yang ia terima.
Lalu apa yang terjadi jikalau seseorang memaksakan untuk mendapatkan warid dari Allah sedangkan ia enggan untuk menekuni wirid.? Al-Imam Asy-Syahid Syekh Sa'id Romdhon Al-Buthi mengatakan: "Jikalau orang yang tidak punya persiapan (wirid) tetapi hendak menggapai pemberian Allah Subhanahu Wata'ala, maka ketahuilah tujuan orang tersebut tidak lain adalah hanya untuk berbangga-banggaan bukan semata-mata untuk Allah Subhanahu Wata'ala."
Dalam Al-Qur'an Allah Subhanahu Wata'ala Berfirman:
((قَالَتْ اِنَّ الْمُلُوْكَ اِذَا دَخَلُوْا قَرْيَةً اَفْسَدُوْهَا وَجَعَلُوْٓا اَعِزَّةَ اَهْلِهَآ اَذِلَّةً ۚوَكَذٰلِكَ يَفْعَلُوْنَ))
"Dia (Balqis) berkata, “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina: dan demikian yang akan mereka perbuat." (QS. An-Naml: 34)
Para sufi menafsirkan ayat diatas dengan tafsiran yang berbeda. Mereka menafsirkan: "Mulk: (madad dan waridat dari Allah) bila memasuki sebuah negeri (hati seseorang) maka akan merusak sifat-sifat tercela yang mendekam dan bersarang di hati seseorang tersebut. Dan membinasakan penduduknya yang mulia (yaitu penghuni-penghuni hati dari kesombongan, kecongkakan dll), sehingga hati itu menjadi bersih dan bersinar dengan cahaya-cahaya yang memenuhi hati.
Oleh karena itu, agar tetap mendapat madad (bantuan) dari Allah, maka kita harus tetap beristiqomah melakukan wirid. Sebab, Allah tidak akan pernah jemu mengucurkan karunia bantuannya sampai kita jemu sendiri meninggalkan amal ibadah yang kita lakukan. Maka dari itu gunakan waktu-waktu kita yang senggang untuk melazimi dan mengistiqomahi wirid-wirid yang kita kerjakan.(mdfz)
Wallahu a'lam bi Asshawab.
Jooos
BalasHapus