Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 15 Dzulqa'dah 1445 H - 24 Mei 2024 M
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf
رُبَّمَا بَرَزَتِ الحَقَائِقُ مَكْسُوْفَةَ الأَنْوَارِإِذَا لَمْ يُؤْذَنْ لَكَ فِيْهَا بِالإِظْهَارِ
Adakalanya ilmu hakikat itu keluar dengan cahaya suram, jika engkau tidak mendapat izin untuk menyampaikan ilmu hakikat.
Orang-orang yang tidak memenuhi syarat dalam menyampaikan ilmu hakikat, dan dia memaksakan diri dalam menyampaikannya, maka ilmu hakikat itu keluar dengan cahaya yang suram. Kata-katanya masih tertutup dengan kegelapan disebabkan di hati orang yang menyampaikan masih ada benda-benda selain Allah. Maka perkataan mereka susah diserap oleh hati. Berbeda dengan orang yang dapat izin. Bisa dipastikan perkataannya diterima oleh hati.
Maka dari itu, ilmu hakikat adalah ilmu yang tidak boleh disampaikan sembarangan kepada orang-orang, karena takut jadi fitnah dan diingkari oleh masyarakat.
Syeikh Ibnu Athaillah berkata: "Aku mendengar guruku, Syeikh Abul Abbas Al-Mursi berkata, "Wali itu hatinya penuh makrifat dan hakikat, sehingga ketika wali itu menyampaikan, itu adalah izin dari Allah".
"Abul Abbas Al-Mursi juga mengatakan, "Perkataan orang diberi izin itu keluar diselimuti cahaya. Sedangkan perkataan orang yang tidak diberi izin keluar diselimuti cahaya yang suram. Sebab itu ada dua orang yang sama-sama berbicara mengenai satu hakikat, tapi yang diberi izin diterima, sedangkan yang tidak diberi izin tidak diterima (ditolak hati)."
Orang alim itu punya tiga ilmu yaitu: pertama, ilmu dzohir untuk disampaikan kepada ahli dzohir (masyarakat umum). kedua, ilmu batin untuk disampaikan kepada orang khusus (karomah-karomah). ketiga, ilmu dia dengan Allah (ma'rifat), tidak boleh disampaikan kepada siapa pun. Sebagaimana wajib bagi seorang ulama' untuk tidak menyampaikan kepada orang-orang tentang ilmu khusus (ilmu ma'rifat), karena hati orang mulia itu adalah kuburannya rahasia. Maka tidak sepantasnya menyampaikan ilmu rahasia tersebut.
Oleh karena itu, jika seseorang berbicara hendaknya menyesuaikan segala tingkatan.
Wallahu a'lam bi Asshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar