Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 1 Dzulqa'dah 1445 H - 10 Mei 2024 M
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf
كل كلام يبرز وعليه كسوة القلب الذي منه برز
"setiap perkataan membawa corak bentuk hati orang yang mengeluarkannya"
Dalam kata hikmah ini Al-Imam Ibn Athoillah As-Sakandari menjelaskan bahwa perkataan para wali Allah, ulama' yang takut kepada Allah dengan perkataan manusia biasa, awwam itu berbeda. Karena setiap ungkapan perkataan itu membawa corak hati bagi orang yang menyampaikan. Sebab lisan itu adalah sebagai penerjemah terhadap apa yang ada didalam hati.
Jikalau hati itu bersih dari kotoran, kosong dari kecintaan terhadap dunia, maka hati tersebut akan terpancar cahaya padanya, sehingga ucapannya-pun diliputi oleh cahaya. Ketika ucapannya tersebut diliputi oleh cahaya, maka setiap ungkapan yang ia sampaikan akan masuk kedalam hati para pendengar. Namun sebaliknya jikalau hati itu kotor meskipun ucapannya itu indah, bagus, dan teratur. Namun hal tersebut diliputi keburukan, menyebabkan tidak masuk pada hati para pendengar.
Dalam kisah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Radiyallahu Anhu beliau memerintahkan putranya yang cerdas dan pintar untuk menyampaikan nasehat-nasehat kepada para jamaah yang hadir, akan tetapi para hadirin tidak tersentuh hatinya. Namun ketika giliran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menyampaikan " Kasihan ibunya anak-anak ini, sudah menyiapkan ikan tetapi dimakan kucing" dengan modal bahasa yang sederhana saja ditambah lagi beliau kurang fasih dari segi bahasa karena beliau tinggal di kalangan orang - orang 'Ajam (selain Arab). Para pendengar langsung tersentuh hatinya bahkan ada yang sampai menangis. Itu semua karena kata-kata beliau diliputi oleh cahaya. Sehingga perkataan orang yang hatinya bercahaya itu akan selalu diingat ( terngiang-ngiang ) bagi para pendengarnya.
Kalau seandainya yang hadir itu ahli maksiat maka bisa bertaubat seketika, berubah menjadi ahli ta'at. Pandangannya seorang wali itu bisa mengubah keadaan seseorang. Oleh sebab demikian seharusnya orang yang ahli maksiat itu tidak menjauh dari ulama, pengajian, para wali Allah. Akan tetapi yang harus dilakukan adalah dengan cara selalu mendekati mereka, sering berkumpul dengan mereka. Agar hati yang kotor dan gelap itu bisa dibersihkan dan bercahaya kembali.
Jika yang hadir itu ahli taat, maka dapat menambah semangat baginya dari berbuat ketaatan. Jika yang hadir adalah orang yang sedang suluk (orang yang sungguh-sungguh ingin menempuh jalan supaya bisa sampai kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala ) maka akan terasa ringan perjalanannya menuju Allah. Karena perjalanan menuju Allah itu berat, banyak penghalang, dan rintangannya. Dan jika yang hadir itu adalah orang yang sudah punya kedudukan disisi Allah maka bisa membuatnya semakin yakin dan kuat serta bertambah tinggi derajat maqamnya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Wallahu a'lam bi Asshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar