Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 22 Dzulqa'dah 1445 H - 31 Mei 2024 M
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf
عِبَارَتُهُمْ إِمَّا لِفَيْضَانِ وَجْدٍ أَوْ لِقَصْدِ هِدَايَةِ مُرِيْدٍ فَالأَوَّلُ حَالُ السَّالِكِيْنَ وَالثَّانِي حَالُ أَرْبَابِ المَكْنَةِ وَالمُحَقِّقِيْن
"Ungkapan-ungkapan mereka adakalanya timbul dari luapan perasaan yang tidak dapat ditahan, atau karena bertujuan memberi petunjuk kepada murid. Yang pertama adalah keadaan orang yang suluk (orang-orang sedang berjalan menuju Allah). Yang kedua adalah keadaan orang yang benar-benar memahami hakikat"
Luapan hati yang tidak dapat ditahan
Hakikat itu hanya bisa disampaikan kepada ahlinya. Maka ketika orang yang mendengarkan itu bukan ahlinya, maka hakikat tersebut tidak bisa dipahami dan dapat menimbulkan fitnah. Sebab itu, orang yang dapat izin tidak sembarangan dalam menyampaikan rahasia-rahasia ilmu yang ada pada diri mereka.
Terkadang perkataan mereka tersebut tidak bisa ditahan, sehingga kata-katanya yang meluap dari perasaan hati mereka itu terlalu tinggi. Tetapi, dalam keadaan seperti itu, mereka dimaafkan.
Sebagaimana kisah Samnun Al-Muhib, seorang yang dimabuk cinta kepada Allah. Suatu saat beliau tidak mampu menahan perasaan hatinya dan mengatakan, "Ya Allah aku tidak ingin apa-apa selain engkau, maka ujilah aku sesuka-Mu". Maka Allah mengujinya dengan penyakit tidak bisa kencing. Tatkala beliau tidak bisa menahan sakitnya itu, beliau menemui anak-anak kecil dan berkata, "Doakanlah paman kalian yang pembohong ini."
Ibn Athaillah menyatakan, bahwa gurunya yaitu Syekh Abul Abbas Al-Mursi menanggapi kisah tersebut dengan mengatakan, "Andaikan perkataan Samnun Al-Muhib diubah, 'Ya Allah aku tidak ingin apa-apa selain engkau, Maka maafkanlah aku sesuka-Mu', maka hal tersebut lebih baik."
Untuk mengajari murid
Terkadang mereka meluapkan rahasia-rahasia ilmu yang ada pada diri mereka dengan tujuan mendidik murid agar hati dan keyakinan mereka semakin kuat sehingga mereka semangat dalam menuju Allah. Hal ini dilakukan secara sadar oleh para arifin.
Oleh karena itu, jika dilakukan selain karena dua alasan ini, yaitu karena luapan hati yang tidak bisa ditahan atau dengan maksud mendidik murid, maka kata-kata hakikat yang dikeluarkan dari seorang salik hanyalah pura-pura dan pengakuan saja. Orang tersebut pembohong. Atau kalau seorang arifin yang mengeluarkan kata-kata itu tanpa tujuan mendidik murid, maka itu berarti menyebarkan rahasia Allah yang tidak ada izin untuk mengungkapnya. Ini berbahaya.
Wallahu a'lam bi Asshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar