TEMAN SALEH ADALAH KUNCI SYAFAAT DAN KESELAMATAN

TEMAN SALEH ADALAH KUNCI SYAFAAT DAN KESELAMATAN

Share This




Ulasan Pengajian kitab Ihya' Ulumiddin

Hari/ Tanggal : Kamis, tanggal 06 Dzul Hijjah 1445 H - 13 Juni 2024 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf



          Keuntungan dalam berteman itu sangat banyak. Maka sebagian ulama sangat mendukung pada zaman ini untuk lebih berkumpul dengan orang-orang saleh. Supaya kita meraih keuntungan dunia dan akhirat. Di antara teman yang dimaksud yaitu teman yang kita tunggu syafaatnya di akhirat nanti. Maka jika kita banyak memiliki teman yang saleh, potensi kita masuk surga itu semakin besar. Karena bantuan do'a dan syafaat dari mereka.

          Sebagian ulama salaf mengatakan:

َاسْتَكْثِرُوْا مِنَ الإِخْوَانِ ,فَإِنَّ لِكُّلِ مُؤْمِنٍ شَفَاعَةً ,فَلَعَلَّكَ تَدْخُلُ فِيْ شَفَاعَةِ أَخِيْك
     
     "Perbanyaklah jumlah persaudaraan, maka sesungguhnya setiap orang mukmin itu bisa memberi syafaat, barangkali kamu masuk masuk dalam syafaat temanmu."

          Begitu juga, apabila kita memiliki guru yang bersambung sanadnya dengan para wali. Itu bisa membantu kita di akhirat nanti dengan mengharap syafaat mereka. Dan sebenarnya kita itu tidak pantas masuk surga. Maka dari itu, sangat diperlukan guru yang bisa menguntungkan kita di akhirat kelak. 

          Maka jikalau kamu sudah memiliki sanad ilmu yang pas, sebaiknya untuk tidak memutusnya. Tentu merugi dengan serugi-ruginya, orang yang memutus cara yang paling mudah untuk menuju ke surga. Cara tersebut sangat mudah, namun sangat sedikit dilakukan zaman sekarang, yakni cinta kepada orang saleh, kumpul (menemani) orang saleh, dan mengharap do'a dan syafaat mereka.

          Sepatutnya, jika kita ingin memiliki anak yang berakhlak. Maka cara mudahnya dekatkan atau kenalkan anak kita dengan orang-orang saleh, para ulama, para wali. Supaya mendapatkan do'a dan bisa menjadi contoh bagi anak kita.

          Sebagaimana kisah Sayyidina Anas Bin Malik. Ketika beliau masih kecil, Ibu beliau memasrahkan beliau kepada Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam seraya mengatakan, "Ya Rasulullah ini pembantu kecilmu, yang bernama Anas". Maka Sayyidina Anas memperoleh banyak keberkahan dan beliau mendapat tiga doa dari Nabi, yaitu beliau dido'akan kaya raya, panjang umur dan mempunyai keturunan yang banyak, dan dido'akan masuk surga. Sehingga beliau menjadi orang yang kaya raya, punya kebun yang luas dan beliau panen setahun dua kali sementara orang lain panen satu tahun sekali saja, kemudian beliau memiliki anak dan keturunan yang banyak, karena sangat banyaknya anak dan cucu beliau itu mampu melingkupi satu desa. Satu desa itu dipenuhi anak cucu beliau dan beliau berumur panjang sampai-sampai beliau bertemu cucu dari cucunya sendiri. Beliau berkata, "Dua do'a dari Nabi telah aku rasakan dan aku menunggu do'a yang ketiga, yaitu masuk surga."

          Dan diriwayatkan pada penafsiran yang jarang dalam firman Allah yang maha kuasa,

ِوَيَسْتَجِيْبُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَيَزِيْدُهُم مِّنْ فَضْلِه

     Dan Dia (Allah) menerima do'a dan amal orang saleh dan memberi tambahan mereka dari karunianya. (Ash-Shura: 26). Dikatakan, "Diterima do'a serta amalnya, dan boleh memberi syafaat kepada teman-temannya, sehingga boleh mengajak temannya ke surga."

          Jika orang tersebut dicintai dan diampuni Allah. Maka dia boleh memberi syafaat kepada teman-temannya. Hal tersebut lebih didukung sebagian ulama' untuk selalu berkumpul dengan orang saleh agar dapat do'a dan syafaatnya. Daripada ber'uzlah (mengasingkan diri untuk fokus ibadah). Agar selamat dari gangguan manusia.

     Demikian itu, maka harus mengetahui syarat-syarat dijadikan teman itu ada lima:

          Pertama: Orang yang berakal. Karena akal itu adalah modal amal dan tidak ada baiknya kita berteman dengan orang dungu. Sebab bisa menimbulkan kerisauan dan di akhiri dengan permusuhan. Kelihatannya mereka itu seperti membantu kita, akan tetapi sebenarnya mereka itu membahayakan kita. Orang yang berakal itu ketika diberi nasihat ia paham. Sedangkan orang yang dungu itu jika diberi nasihat ia bebal dan merasa benar.

          Kedua: Orang yang berakhlak. Imam Al-Ghozali mengatakan: "Orang itu berakal, tetapi ketika mereka posisi marah, ada maunya, pelit, ketakutan. Ia mengikuti hawa nafsunya tanpa menggunakan akalnya. Orang yang berakal itu tidak bisa dijamin menggunakan akalnya, bisa jadi dia mengikuti nafsunya. Maka harus memastikan mempunyai akhlak yang baik."

          Ketiga: Orang yang saleh. Karena orang yang tidak takut kepada Allah (orang fasik) perkataannya tidak bisa dipercaya. Dengan Allah saja dirinya tidak takut, maka bagaimana dengan dirimu?

          Keempat: Bukan orang ahli bid'ah. Berteman dengan mereka berisiko menjalarnya bid'ah tersebut. Sebagaimana perkataan ulama' :"Orang yang berkumpul dengan ahli bid'ah, maka jangan harap terselamatkan imannya."

          Kelima: Orang yang agamanya kuat dan tidak fasik. Walaupun kita tidak maksiat, akan tetapi berteman dan sering melihat perbuatan ahli maksiat, maka itu bisa membahayakan kita. Karena maksiat yang diperbuatnya itu menjadi remeh di mata kita. Ini benar-benar terjadi di zaman sekarang.

          Oleh karena itu, teman tidak mungkin kokoh jika di bangun atas kepentingan duniawi saja. Teman yang saling mengasihi dan saling mendukung satu dengan yang lainnya adalah teman yang dijalani karena Allah, dan pertemanan tersebut akan tetap berlanjut di akhirat nanti. Sebab itu, semoga kita dipertemukan dengan orang saleh yang mampu memberi kita syafaat di akhirat nanti. Amin.


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages