DUA KARISMATIK YANG BERBEDA

DUA KARISMATIK YANG BERBEDA

Share This

 


Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 07 Dzul Hijjah 1445 H - 14 Juni 2024 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf


         

رُبَّمَا عَبَّرَ عَنِ الْمَقَامِ مَنِ اسْتَشْرَفَ عَلَيْهِ وَرُبَّمَا عَبَّرَ عَنْهُ مَنْ وَصَلَ إِلَيْهِ وَذَلِكَ مُلْتَبِسٌ إِلاَّ عَلَى صَاحِبِ بَصِيْرَةٍ

Adakalanya orang yang menerangkan tentang tingkatan derajat kemuliaan adalah orang yang ingin sampai kepadanya atau hampir mendekatinya. Dan adakalanya orang yang menerangkan itu orang yang telah sampai kepadanya. Dan hal itu masih samar (sulit untuk dibedakan), kecuali bagi orang yang punya mata hati yang tajam.


     Tingkatan-tingkatan kewalian itu bisa dijelaskan oleh dua macam orang. 

          Adakalanya orang yang menjelaskan tentang derajat seorang wali, adalah orang yang belum menjadi wali. Dan ia baru mendekati dan punya keinginan untuk bisa sampai ke tingkat tersebut. Akan tetapi ungkapan dan gerak-geriknya sama dengan seorang wali. Hal itu samar dan sulit dibedakan, siapa yang benar-benar sudah sampai kepada Allah dan siapa yang belum sampai kepada Allah. Semacam ini dapat membahayakan, karena jikalau orang tersebut tidak mampu untuk melawan hawa nafsu dan membersihkan hatinya, mereka bisa jadi mengambil cara yang mudah, yaitu mengaku-ngaku menjadi wali.


          Imam Al-Gozali dalam kitabnya mengatakan, "Ada orang-orang yang tertipu, mereka merasa cukup meniru gaya-gaya sufi, pakaian sufi, menghafal kata-kata sufi. Mereka merasa sudah sama kedudukannya dengan para wali." Beliau mencontohkan, "Seperti orang yang merasa kuat melawan hawa nafsu dan merasa sudah dapat drajat yang tinggi. Padahal mereka kosong dari ibadah dan jauh dari kewalian. Nanti di hari kiamat akan dibuka pakaiannya oleh Allah dan dipertontonkan hakikat yang sebenarnya pada orang ini."


          Terkadang orang tidak punya mata hati ketika melihat seorang wali yang hanya berpura-pura saja, itu seperti wali yang sesungguhnya. Dan wali yang sesungguhnya tidak terlihat seperti seorang wali. Sebab itu dalam urusan wali itu lebih baik menentukan berdasarkan pendapat wali yang lainnya. Karena mata kita ini tertutup dan tidak bisa membedakan hal tersebut.


          Seperti Al-Habib Abu Bakar Bin Muhammad Aseggaf Gersik. Kita menganggap beliau wali. Karena wali-wali di zaman mengakuinya. Bahkan guru-gurunya mengakui beliau wali, seperti Al-Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsyi Shohibul Maulid, Al-Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi, Al-Habib Husain Bin Muhammad Al-Haddad. Jadi tidak salah kalau kita mengakui beliau wali, sebab para wali mengakuinya. Akan tetapi kalau kita mengakui seorang wali dengan penilaian mata kita sendiri, itu berisiko salah karena kondisi mata kita tertutup (dipenuhi hijab).


          Adakalanya orang yang menjelaskan tentang derajat seorang wali, adalah orang yang benar-benar sampai kepada Allah, yang mana orang tersebut memiliki mata hati. Itu bukan sesuatu yang samar baginya. Siapa yang wali sungguhan dan yang berpura-pura saja. Bahkan mereka bisa bertemu di alam mimpi, walaupun di dunia nyata mereka tidak pernah bertemu. 


          Sebagian tanda, bahwa orang yang berpura-pura menjadi wali, penjelasannya itu rumit dan panjang. Tapi kalau para wali yang sesungguhnya itu tidak panjang dan bisa dimengerti. Ini hanya sebagian tanda dan tidak bisa dijadikan patokan atau dipukul rata. Sebab kita hanya bisa mengetahui perkataan orang yang waras dan tidak waras saja. Sebab itu, kita tidak usah repot-repot dalam menentukan ulama' yang benar itu seperti apa. Cukup kita nilai kata-katanya bisa dipahami, dan membawa sesuai jalan dan perkataan Nabi (Al-Qur'an dan Hadist) itu semua sudah jelas. 


         Sebagai perbandingan zaman dulu dan zaman sekarang. Dahulu pada zaman Nabi Musa, Beliau tampan, kuat, punya mukjizat. Anehnya sebagian umat Nabi Musa, itu tidak yakin dengan Nabi Musa akan tetapi lebih yakin ke sapi (samiri). Jadi jangan heran dengan orang-orang zaman sekarang, yang mana mereka melihat ulama' atau wali yang sudah jelas sanad ilmu, akhlak, dan penyampaian ilmunya seterang matahari. Akan tetapi mereka memilih orang yang perkataannya aneh atau rumit, sanad ilmunya tidak jelas, akhlaknya kacau. Memang dibuat Allah seperti itu. Ada yang mengikuti kebenaran dan ada yang mengikuti kesesatan. Kadang orang yang mengikuti kesesatan adalah orang yang dicabut akalnya oleh Allah, sehingga mereka mengikuti orang-orang yang kacau tadi.


          Demikian itu, semoga kita dilindungi oleh Allah, ditetapkan pada jalan yang benar, dikuatkan akidah kita, dan mudah-mudahan dijaga hati kita dari berprasangka buruk kepada para wali, dan mudah-mudahan dijaga hati kita untuk tidak berubah dan mengubah apa yang sudah ditetapkan para wali dan orang-orang saleh, mudah-mudahan kita hidup di jalan mereka dan mati di jalan mereka, dan semoga di hari kiamat kita dibangkitkan bersama mereka, Amin.


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages