MENYIMPAN RAHASIA DALAM MENCAPAI DERAJAT TINGGI DI JALAN ALLAH

MENYIMPAN RAHASIA DALAM MENCAPAI DERAJAT TINGGI DI JALAN ALLAH

Share This

 




لَا يَنْبَغِي لِلسَّالِكَ أَنْ يُعَبِّرَ عَنْ وَارِدَاتِهِ فَإِنَّ ذَلِكَ مِمَّا يُقِلُّ عَمَلَهَا فِي قَلْبِهِ وَيَمْنَعُهُ وُجُوْدَ الصِّدْقِ فِيْهَا مَعَ رَبِّهِ

Tidak layak bagi seorang salik (seorang yang baru menempuh jalan Allah) menceritakan apa yang dia dapatkan dari karunia Allah, karena hal itu bisa mengurangi pengaruh dalam hatinya dan menghalangi kesungguhannya terhadap Allah.


          Seperti halnya seorang itu sudah sampai di suatu drajat (mendapat karunia Allah) berupa melihatnya ia pada hal-hal yang gaib. Umpama bisa melihat isi hati seseorang, bisa melihat rahasia langit, bumi, dan ilmu. Ini semua tidak bertentangan dengan Hadist Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.


          Berkata Ibnu Athaillah As-Sakandari, "Walaupun kau sudah sampai di derajat yang tinggi, tetap tidak layak bagimu untuk menceritakan hal-hal yang kau alami kepada orang lain," walaupun hal yang kau lihat di mimpi atau firasatmu tersebut benar-benar terjadi. Karena salah satu tanda seseorang sudah mencapai derajat yang tinggi adalah ketika apa yang ia katakan atau firasatnya benar-benar terjadi. Dan hal ini kembali kepada Hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

اتَّقُوا فِرَاسَةَ المُؤْمِنِ، فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُورِ اللَّه

"Berhati-hatilah kalian pada firasat orang yang beriman. Sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah." (HR. At-Thabroni)


          Janganlah kau ceritakan kepada orang lain, walaupun kepada sahabat atau istrimu. Akan tetapi sembunyikanlah dan jangan mudah terpancing untuk menceritakan, karena semakin kita menyimpannya, maka itu semakin berharganya. Semakin sedikit orang yang mengetahuinya, maka semakin naik derajatmu. Orang dahulu sangat pandai menutupi amal ibadahnya, berbeda dengan zaman sekarang di mana banyak yang pandai dalam memamerkan ibadahnya.


          Dalam contoh kisah Imam Sahal, pada suatu waktu beliau mengeluh kepada pamannya dengan mengatakan, "Wahai pamanku, gigiku ini sakit," dan keluhan tersebut berlangsung selama dua hari. Lalu pamannya menegur Imam Sahal dengan mengatakan, "Wahai Sahal, kamu sakit gigi hanya dua hari saja sudah mengeluh. Sementara pamanmu yang buta satu ini, selama dua puluh tahun, tidak ada yang mengetahui."


          Oleh karena itu, pada zaman ini kita sepatutnya selalu berhati-hati agar tidak terjerumus dalam riya' dalam amal ibadah kita. Bahkan dikatakan bahwa orang-orang terdahulu terkadang memperlihatkan riya' dalam amal mereka, namun riya' tersebut adalah sesuatu yang mereka lakukan. Berbeda dengan zaman sekarang di mana riya' dilakukan atas hal-hal yang sebenarnya tidak mereka lakukan."


          Di dalam kitab-kitab tasawuf dijelaskan bahwa ibadah semakin ditutup maka semakin naik. Dan ibadah makin diperlihatkan maka semakin menurun. Semisal pemberian rahasia dari Allah kepadamu berupa karomah (peristiwa luar biasa yang dikaruniakan oleh Allah kepada sebagian wali-Nya), bisyaroh (kabar gembira yang Allah turunkan kepada umatnya), ilmu-ilmu yang rahasia. Itu jika disebarkan ke semua orang, maka semua itu bisa ditarik kembali oleh Allah, dan kamu harus naik ke derajat tersebut dari awal lagi.

Ini diibaratkan seperti seseorang yang memasak air. Ketika airnya mulai mendidih, tetapi ia malah menuangkan air dingin ke air yang mulai memanas. Maka butuh waktu yang lama untuk mendidih kembali. Begitulah hati yang mulai memanas dan mulai mendapat rahasia Allah, tetapi karena orang tersebut menyebarkan rahasia itu, berarti mendinginkan hati itu kembali. Maka butuh waktu yang lama untuk memanaskannya kembali dengan zikir. Bisa jadi itu memakan waktu bertahun-tahun.


          Penyebab orang tersebut menceritakan pengalaman spiritualnya. Karena ketika ia cerita, itu seakan-akan menonjolkan dirinya dan seakan-akan mengatakan dirinya adalah orang yang dekat dengan Allah. Apalagi jika dijadikan alat untuk mencari jaah (kedudukan), karena apabila ia dikenal orang yang saleh atau orang yang dekat dengan Allah, pasti disegani oleh orang-orang. Maka banyak ancaman pada orang-orang yang berbohong dalam masalah mimpi, terlebih lagi mengatasnamakan Nabi dalam hal mimpi.


          Dikecualikan seorang murid yang menceritakan hal tersebut kepada guru. Karena seorang guru, itu bisa memberikan petunjuk kepada muridnya. Tetapi hal itu dengan niatan untuk mendapatkan petunjuk dan pencerahan dari guru, bukan mencari kehormatan darinya.

Mengingat Ibn Athaillah pernah mengatakan dalam kata hikmah sebelumnya:


َاسْتِشْرَافُكَ أَنْ يَعْلَمَ الخَلْقُ بِخُصُوْصِيَّتِكَ دَلِيْلٌ عَلَى عَدَمِ صِدْقِكَ فِي عُبُوْدِيَّتِك

"Keinginanmu supaya orang mengetahui keistimewaanmu adalah sebuah bukti tidak adanya kesungguhanmu dalam beribadah kepada Allah"


          Dalam kitab-kitab tasawuf dijelaskan bahwa amal ibadah semakin tersembunyi, semakin meningkat kualitasnya. Jika terlalu diperlihatkan, kualitasnya akan menurun. Kesimpulannya, menjaga rahasia spiritual adalah bagian penting dalam menjaga keikhlasan dan kualitas ibadah kepada Allah.


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages