KESETIAAN DAN KEWAJIBAN DALAM PERSAHABATAN

KESETIAAN DAN KEWAJIBAN DALAM PERSAHABATAN

Share This

 




Ulasan Pengajian kitab Ihya' Ulumiddin

Hari/ Tanggal : Kamis, tanggal 27 Dzul Hijjah 1445 H - 04 Juli 2024 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf


          Salah satu kewajiban seorang Muslim dalam bersahabat karena Allah adalah membela sahabatnya ketika sahabat tersebut dihina, dicaci, atau diejek oleh orang lain. Jika ada yang menjelekkan sahabatnya dan ia hanya diam saja, hal ini bisa membuat hati sahabatnya sakit dan jengkel karena merasa tidak dibela.


         Begitu juga dengan gurumu. Ketika gurumu dijelekkan, dipojokkan, atau dicaci oleh orang lain dan kamu hanya diam, maka kamu adalah murid yang durhaka dan tidak pantas mengaku sebagai muridnya. Jangan hanya berkata, "Ya sudah, kita sabar saja," karena itu adalah bentuk kesabaran yang tidak tepat. Terlebih lagi jika Rasulullah dihina, kita tidak boleh diam saja dengan alasan sabar atau menganggap itu sebagai cara berdakwah untuk menunjukkan kesabaran kita. Sikap seperti itu menunjukkan umat yang tidak tahu berterima kasih kepada Rasulnya.

Meskipun Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam memiliki sifat sabar yang luar biasa, kita tidak pantas hanya diam saja ketika beliau dihina. Yang dibutuhkan adalah sikap tegas terhadap orang-orang yang menghina Nabi. Jika kamu benar-benar mencintai Nabi, tunjukkan kecintaanmu ketika beliau dihina. Contohlah sahabat-sahabat Nabi yang tidak pernah sabar saat Rasulullah dihina dan disakiti.


          Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan dua orang yang bersaudara seperti dua tangan yang saling membantu satu sama lain. Tangan kanan membersihkan tangan kiri yang kotor, dan tangan kiri membersihkan tangan kanan yang kotor. Ini memberikan gambaran tentang sikap yang harus kita lakukan terhadap sahabat kita.


        Menjaga persaudaraan dari celaan orang lain hukumnya adalah wajib. Artinya, sebagai seorang Muslim, kita harus melindungi saudara kita dari penghinaan atau celaan orang lain. Ini adalah bentuk kewajiban kita dalam menjaga kehormatan dan harga diri saudara kita.

Selain itu, kita juga tidak boleh menghina saudara kita ketika ia tidak ada di hadapan kita. Hal ini sejalan dengan prinsip bahwa kita tidak ingin dihina atau disebutkan keburukan kita saat kita tidak ada di hadapan orang lain. Sama seperti kita ingin dihormati, kita harus menghormati orang lain dengan tidak membicarakan keburukan mereka di belakang mereka.


          Salah satu kewajiban seorang Muslim dalam persahabatan adalah memberikan ilmu dan nasihat kepada sahabatnya. Tujuan dari persahabatan adalah untuk saling berbicara dan menegur satu sama lain. Jika tidak ada saling tegur atau berbicara, lebih baik berteman dengan orang yang sudah meninggal.

Kebutuhan sahabatmu terhadap ilmu sama pentingnya dengan kebutuhan mereka terhadap harta. Jika seseorang merasa sudah cukup dengan ilmunya, berikanlah ia ilmu tambahan agar itu bisa menjadi bekal yang menyelamatkan dunia dan akhiratnya. Jika sudah diberi ilmu tetapi dia tidak mengamalkannya, berikanlah ia nasihat, dan ingatkan dia tentang balasan bagi mereka yang tidak mengamalkan ilmunya.


          Mengingat sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang berbunyi:

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ 

“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya"


          Jika seseorang hanya sendirian, dia tidak akan menyadari kekurangannya sendiri. Oleh karena itu, kita membutuhkan sahabat yang dapat mengingatkan kita kepada Allah. Karena sifat manusia cenderung merasa benar dan sempurna, sahabatlah yang bisa memberikan pandangan yang objektif tentang diri kita. Namun, Imam Al-Ghazali mengingatkan kita dengan mengatakan, "Jika ingin memberikan nasihat kepada orang lain, lakukanlah di tempat yang sepi. Itu menunjukkan belas kasihmu kepadanya. Namun, jika kau menasihatinya di depan orang lain, maka itu sama saja dengan mempermalukannya atau menghinakannya."


          Dzun-Nun berkata: "Janganlah berteman dengan Allah kecuali dengan penuh kepatuhan, janganlah berteman dengan makhluk kecuali dengan penuh nasihat, janganlah berteman dengan diri sendiri kecuali dengan menentang hawa nafsu, dan janganlah berteman dengan setan kecuali dengan permusuhan."

Yang dimaksud dengan "berteman dengan Allah" dalam kalimat tersebut adalah bahwa hubungan kita dengan Allah harus didasarkan pada ketaatan dan kepatuhan sepenuhnya.


          Dengan demikian, kita tidak hanya memperkuat ikatan persaudaraan, tetapi juga menjalankan perintah agama dengan penuh ketaatan. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menjadi sahabat yang baik, murid yang setia, dan umat yang mencintai dan menghormati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan sepenuh hati. Aamiin.


Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages