FAEDAH YANG BELUM DIKETAHUI

FAEDAH YANG BELUM DIKETAHUI

Share This




Ulasan Pengajian Tajrid Shohih Bukhori
Hari/ Tanggal : Kamis, tanggal 23 Rajab 1446 H - 23 Januari 2025 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf



          Memasuki bab tentang Tafsirul Qur'an, terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, yang berbunyi: 

َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى فَقَدْ كَذَب
Siapa yang mengatakan bahwa aku lebih baik dari nabi yunus, maka ia telah berbohong.

          Ada beberapa pendapat ulama mengenai alasan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mau dikatakan lebih baik dari Nabi Yunus 'alaihis sallam. Pendapat-pendapat tersebut di antaranya:
  1. Pernyataan ini mencerminkan kerendahan hati Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Meskipun sesungguhnya Beliau adalah pemimpin dan yang paling utama di antara para Nabi.

  2. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menekankan tauhid dan larangan untuk membuat perbandingan yang salah tentang kedekatan atau jarak seseorang dengan Allah. Beliau mengingatkan agar tidak berkata, "Langit lebih dekat dengan Allah dan bumi lebih jauh dari-Nya." Hal ini terkait dengan situasi Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan di dasar laut, sedangkan Nabi Muhammad saat itu berada di langit yang tinggi.

  3. Sebagian ulama berpendapat bahwa pada waktu itu, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak tahu mengenai kedudukannya sebagai pemimpin dan yang paling utama di antara seluruh keturunan Nabi Adam.

         Hadis ini tidak menafikan keutamaan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam atas Nabi Yunus atau para Nabi lainnya. Sebaliknya, hadis ini menunjukkan kerendahan hati, ketauhidan, dan adab seorang Nabi.

          Memasuki hadis selanjutnya yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha, yang berbunyi: 
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَمَ شَيْئًا مِمَّا أُنْزِلَ عَلَيْهِ فَقَدْ كَذَبَ، وَاللَّهُ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ. اللآية

Barang siapa yang memberitahumu bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu yang telah Allah turunkan kepadanya, maka sungguh ia telah berdusta. Sebab Allah Ta’ala berfirman, 'Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.'

          Telah disebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sakit menjelang wafatnya, beliau meminta para sahabat untuk menyiapkan alat tulis agar beliau dapat menuliskan sebuah wasiat. Wasiat tersebut, menurut Nabi, akan menjadi petunjuk agar umat tidak tersesat.

          Namun, saat itu Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa tidak perlu menulis wasiat, karena Kitabullah (Al-Qur'an) sudah cukup. Sayyidina Umar menyampaikan pendapat ini kepada para sahabatnya. Peristiwa ini bukan berarti Nabi tidak jadi menulis wasiat karena takut kepada Sayyidina Umar, melainkan hal tersebut terjadi berdasarkan wahyu dari Allah.

          Sebagian ulama berpendapat bahwa wasiat yang hendak ditulis Nabi mungkin berkaitan dengan siapa yang akan menjadi khalifah setelah beliau. Ada juga yang berpendapat bahwa wasiat itu mungkin berisi peringatan tentang fitnah-fitnah yang akan terjadi setelah wafatnya beliau.

          Maka dari itu, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menyembunyikan apa pun dari wahyu yang diturunkan kepada beliau. Jika Nabi tidak menyampaikan satu bagian saja dari wahyu tersebut, hal itu sama saja dengan tidak menyampaikan keseluruhan risalah. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ

Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika engkau tidak melakukannya, berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. (QS. Al-Ma'idah: 67)

          Memasuki bab tentang Bada'ul Khalqi, terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, yang berbunyi: 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ، فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا
Jika kalian mendengar suara ayam berkokok, maka mintalah karunia kepada Allah, karena ayam itu melihat malaikat. Dan jika kalian mendengar suara keledai, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari setan, karena keledai itu melihat setan.

          Dari hadis ini, terdapat beberapa pelajaran berharga yang dapat diambil, di antaranya:
  1. Sebagian binatang dapat merasakan atau mendeteksi sesuatu yang tidak bisa dirasakan manusia. Contohnya, ketika seseorang disiksa dalam kubur, semua makhluk mendengar siksaan tersebut, kecuali manusia dan jin yang tidak dapat mendengarnya.

  2. Hadis ini menjadi salah satu bukti bahwa wujud malaikat dan setan adalah nyata. Tidak dibenarkan bagi seseorang untuk mengingkari keberadaan keduanya, karena hadis ini telah menjelaskan hal tersebut.

          Kesimpulan dari hadis ini adalah dianjurkannya seseorang untuk berdoa pada waktu-waktu tertentu yang memiliki keberkahan. Misalnya, ketika ayam berkokok karena melihat malaikat, kita dianjurkan untuk berdoa. Doa tersebut akan disampaikan oleh malaikat sehingga doa kita lebih cepat diangkat. Dalam hal ini, yang menjadi inti adalah kehadiran malaikat, bukan ayamnya. Oleh karena itu, mumpung ada malaikat yang hadir, doa kita akan diaminkan oleh mereka.

          Selain itu, hadis ini juga mengajarkan pentingnya mendekatkan diri kepada orang-orang saleh ketika berdoa. Keberkahan dari kehadiran orang saleh dapat mempercepat terkabulnya doa. Tempat dan waktu yang berkah sangat menentukan cepatnya doa kita dikabulkan.

          Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki pernah mengatakan bahwa waktu-waktu yang penuh berkah adalah kesempatan berharga bagi orang-orang yang beruntung. Mereka memanfaatkan waktu-waktu tersebut untuk berdoa dan beribadah. Sebaliknya, orang yang sengsara adalah mereka yang mengetahui waktu-waktu mulia namun tidak memanfaatkannya dengan baik.

قَالَ الدَّاوُدِيُّ : يُتَعَلَّمُ مِنَ الدِّيكِ خَمْسُ خِصَالٍ : حُسْنُ الصَّوْتِ ، وَالْقِيَامُ فِي السَّحَرِ ، وَالْغَيْرَةُ ، وَالسَّخَاءُ ، وَكَثْرَةُ الْجِمَاعِ

Berkata Imam Ad-Dawudi : Terdapat lima pelajaran yang bisa diambil dari seekor ayam, yaitu:
  1. Suaranya yang enak didengar
  2. Rutin bangun pada waktu yang tepat (tepat pada jam bangunnya)
  3. Dermawan kepada pasangan dan anak-anaknya
  4. Memiliki sifat cemburu yang tinggi
  5. Sering berhubungan intim

Faedah-faedah ini diambil dari kitab Fathul Bari syarah Bukhari, dalam perkataan Imam Ad-Dawudi.

Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages