Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 17 Rajab 1446 H - 17 Januari 2025 M
Oleh : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf
.لَا تَيْأَسْ مِنْ قَبُولِ عَمَلٍ لَمْ تَجِدْ فِيهِ وُجُودَ الْحُضُورِ، فَرُبَّمَا قُبِلَ مِنَ الْعَمَلِ مَا لَمْ تُدْرِكْ ثَمَرَتَهُ عَاجِلًا
Jangan kau putus asa dari terkabulnya amal ibadah yang engkau belum merasakan kehadiran hati (khusyuk), kemungkinan amal ibadah itu diterima walaupun belum dirasakan hasilnya sekarang.
Melanjutkan Penjelasan Kata Hikmah Jumat Lalu, dalam pembahasan sebelumnya, dijelaskan bahwa ada kalanya amal ibadah memberikan hasil yang bisa dirasakan secara langsung di dunia. Hal ini menjadi tanda diterimanya amal tersebut oleh Allah. Namun, jika engkau tidak merasakan hasil dari ibadahmu di dunia, janganlah berputus asa. Ada kemungkinan amal ibadah itu tetap diterima oleh Allah, meskipun hasilnya tidak tampak di dunia. Janganlah engkau memvonis bahwa diterimanya amal bergantung pada nampaknya hasil di dunia. Hidup yang nyaman tidak selalu menjadi tanda pasti diterimanya amal ibadah oleh Allah.
Salah satu contoh hasil amal saleh yang dapat dirasakan di dunia adalah mendapatkan teman-teman yang baik, hidup dalam rasa aman, dan merasakan ketenangan. Sebagaimana firman Allah dalam Surah An-Nahl ayat 97:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik."
Meski demikian, perlu dipahami bahwa tidak semua hasil amal saleh dapat dirasakan di dunia. Syekh Ibn Atthoillah berkata, "Jangan kau putus asa dari amal ibadah yang kau tidak merasakan hasilnya di dunia. Bisa jadi amal ibadahmu diterima, meskipun hasilnya tidak tampak di dunia."
Artinya, tidak semua amal saleh menunjukkan hasil langsung di dunia. Begitu pula, jangan beranggapan bahwa kehidupan yang nyaman selalu menjadi tanda diterimanya amal ibadah. Hal tersebut hanyalah salah satu kemungkinan, bukan kepastian mutlak. Demikian juga, orang yang menghadapi banyak kesulitan bukan berarti amal ibadahnya tidak diterima oleh Allah.
Kesimpulannya, tujuan utama amal saleh bukan untuk memperbaiki kualitas hidup di dunia, melancarkan rezeki, atau menjauhkan dari musibah. Amal saleh bertujuan memperbaiki kehidupan di akhirat dan mengangkat derajat kita di hadapan Allah.
Terkait pertanyaan yang sering muncul: “Mengapa setelah saya berusaha memperbaiki diri dari yang buruk menjadi lebih baik, hidup saya justru semakin sulit?” Jawabannya adalah, ibadah bukan untuk memperbaiki kualitas hidup di dunia, melainkan untuk kehidupan akhirat. Banyaknya ujian adalah bentuk latihan dari Allah. Dengan ujian itu, Allah melatih kesabaran dan keimananmu agar engkau menjadi wali-Nya.
Sebagai pelajaran, Imam Wahab bin Munabbih pernah berkata bahwa ada dua malaikat yang bertemu di langit keempat. Salah satu malaikat diperintahkan oleh Allah untuk menggiring ikan agar tertangkap oleh orang Yahudi, karena Allah ingin semakin menyesatkan mereka. Malaikat lainnya diperintahkan untuk menumpahkan makanan yang hendak dimakan oleh orang saleh yang sedang kelaparan, karena Allah ingin menguji kesabaran orang tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa hidup yang nyaman bukanlah patokan diterimanya amal saleh, sebagaimana penderitaan bukanlah tanda ditolaknya amal seseorang. Orang yang saleh pun dapat mengalami ujian berat dalam hidupnya sebagai bagian dari kasih sayang Allah untuk mengangkat derajat mereka.
Dalam kitab Fathul Bari, Imam Ibn Hajar menjelaskan sebuah hadis dari Shahih Bukhari tentang kejadian saat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terluka dalam Perang Uhud. Gigi beliau patah, dan wajah beliau berdarah dalam perang itu. Dijelaskan bahwa para nabi adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Namun, sebagai bentuk kasih sayang-Nya, Allah memberikan ujian kepada mereka agar derajat mereka semakin tinggi di sisi-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Mulk:
تَبَارَكَ ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌ. ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun. (Al-Mulk ayat 1-2)
Dari ayat ini, jelas bahwa orang yang ingin menjadi lebih baik di sisi Allah akan diuji. Ujian tersebut bukanlah tanda amal ibadah tidak diterima oleh Allah, melainkan bukti penerimaan amal dan kasih sayang-Nya. Allah menguji hamba-Nya untuk meningkatkan derajat mereka dan mendekatkan mereka kepada-Nya.
Sebagai contoh, Saidina Uwais Al-Qarni, yang dikenal sebagai Tabi'in paling utama, adalah sosok yang sangat dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan, Saidina Umar dan Saidina Ali diperintahkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta doa darinya. Meski demikian, Saidina Uwais hidup dalam kesulitan. Allah tidak meninggalkan harta sedikit pun untuknya, bahkan keluarganya pun tidak disisakan (dijauhi keluarganya). Hal ini menunjukkan bahwa cinta Allah bukan diukur dengan kemewahan duniawi, tetapi dengan kedekatan hamba kepada-Nya.
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengalami banyak ujian serupa. Beliau kehilangan banyak anggota keluarga yang dicintai, termasuk istri, anak-anak, dan paman beliau. Semua ini mengajarkan kita bahwa ujian yang diberikan Allah bukanlah tanda penolakan terhadap ibadah kita, melainkan untuk mendekatkan kita kepada-Nya.
Oleh karena itu, tanamkan dalam hati kita bahwa ibadah adalah wujud ketaatan murni sebagai seorang hamba Allah. Tujuan utama ibadah adalah mencari ridha Allah, bukan kenyamanan hidup atau kelancaran rezeki. Jika setelah beribadah kita diberi kemudahan rezeki, anggaplah itu sebagai pemberian dari Allah untuk memotivasi kita agar terus memperbaiki ibadah kita. Namun, tujuan utama kita tetaplah ridha Allah, bukan hal-hal duniawi.
Wallahu a'lam bi Asshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar