MENGATASI RINTANGAN DALAM BERIBADAH

MENGATASI RINTANGAN DALAM BERIBADAH

Share This

 


Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 18 Shofar 1446 H - 23 Agustus 2024 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf

   قَيّدَ الطَّاعَاتِ بِأَعْيَانِ الأَوْقَاتِ لِئَلَّا يَمْنَعَكَ عَنْهَا وُجُوْدُ التَّسْوِيْفِ وَوَسَّعَ عَلَيْكَ الوَقْتَ لِيَبْقَى لَكَ حِصَّةُ الإِخْتِيَارِ

Allah mengikat amal-amal taat itu dengan waktu-waktu yang sudah ditentukan, supaya engkau tidak terhalang dari ibadah, karena kemalasanmu atau rasa ingin menunda-nunda, dan Allah meluaskan waktu dalam ibadah, agar ada kesempatan bagimu memilih waktu yang terbaik

          Imam Ibnu Athaillah pernah menjelaskan tanda-tanda seseorang mengikuti hawa nafsu dan bagaimana hawa nafsu bisa mencampuri amalan seseorang. Jika kita tidak memahami kebiasaan hawa nafsu, ibadah kita bisa saja dilakukan bukan karena Allah, melainkan karena dorongan hawa nafsu. Misalnya, kita bersemangat dalam melaksanakan ibadah sunnah, tetapi merasa malas saat menjalankan ibadah wajib.

          Hawa nafsu juga memiliki kebiasaan menunda-nunda ibadah dan sering berangan-angan panjang. Jika Allah tidak menentukan waktu yang pasti untuk ibadah, misalnya jika sholat bisa dilakukan kapan saja tanpa batasan waktu, orang cenderung akan menunda-nunda pelaksanaannya. Bahkan, dengan adanya batasan waktu pun, banyak yang masih suka menunda ibadah. Apalagi jika tidak ada batasan, maka kemungkinan besar ibadah akan terus diundur hingga akhirnya terlupa dan tidak dikerjakan.

          Oleh karena itu, salah satu bentuk rahmat Allah adalah menetapkan batasan waktu dalam ibadah agar kita bisa meraih keberuntungan. Allah mengetahui bahwa sebagian hamba-Nya tidak akan terdorong untuk beribadah kecuali dengan ancaman neraka dan janji surga. Itulah sebabnya, kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita sebenarnya adalah rahmat Allah, agar kita dipaksa untuk beribadah dan akhirnya bisa masuk surga.

         Ini bisa diibaratkan seperti seorang anak yang disuruh oleh orang tuanya untuk pergi ke sekolah. Jika anak tersebut tidak mau sekolah, orang tuanya mungkin mengancam akan menghukumnya atau menjanjikan uang jajan sebagai imbalan. Karena pemahaman anak tersebut masih terbatas, ia mungkin berpikir bahwa orang tuanya hanya suka mengancam atau bersikap kejam. Namun, ketika anak itu tumbuh dewasa, ia akan menyadari bahwa paksaan dari orang tuanya sebenarnya adalah demi kebaikannya. Saat itu, ia mungkin akan mensyukuri paksaan tersebut dan berpikir, "Mengapa dulu aku tidak lebih giat lagi?"

          Demikian pula dengan ibadah. Jika kita renungkan, mengapa ibadah itu dibuat dalam berbagai bentuk yang berbeda? Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa Allah membuat ibadah bervariasi agar kita tidak bosan. Misalnya, ketika kita melakukan sholat sunnah dan mulai merasa jenuh, kita bisa beralih ke bentuk ibadah lainnya. Bahkan, Allah menetapkan waktu-waktu tertentu di mana sholat sunnah dilarang, agar kita tidak merasa bosan. Allah juga menetapkan batasan waktu untuk ibadah, sehingga kita tidak menunda-nunda pelaksanaannya.

          Yang sering menghalangi kita dari beribadah adalah kelalaian dan kesesatan. Imam Ghazali menjelaskan bahwa ada beberapa rintangan yang dihadapi manusia dalam beribadah.

          Pertama, kebingungan tentang rezeki atau kurangnya keyakinan bahwa rezeki sudah ditetapkan oleh Allah. Hal ini sering membuat seseorang malas beribadah, dengan alasan pekerjaan atau mencari nafkah. Sedangkan sholat, misalnya, diundur-undur karena alasan ini.

          Jika rezeki sudah tercukupi, ada rintangan kedua: kekhawatiran terhadap musibah. Seseorang mungkin menunda ibadah karena ada anggota keluarganya yang sakit, seperti anak atau istri, atau karena masalah lain yang menimpa. Mereka beralasan bahwa keadaan ini menghalangi mereka untuk beribadah.

          Namun, meskipun seseorang kaya dan tidak menghadapi musibah, nafsu tetap akan membuatnya malas beribadah. Ini karena tabiat nafsu memang malas dalam urusan ibadah, tetapi sangat giat dalam urusan selain ibadah.

          Oleh karena itu, dalam ibadah, sangat penting untuk raja', yaitu mengharapkan janji Allah, seperti pahala dan surga. Selain itu, yaitu khauf, rasa takut akan azab Allah, yang disebut berfungsi sebagai cambuk untuk mendorong kita dalam beribadah.

          Dalam menghadapi berbagai rintangan yang menghalangi ibadah, penting bagi kita untuk selalu mengingat rahmat Allah yang telah menetapkan waktu-waktu tertentu dan variasi dalam ibadah, sehingga kita tidak mudah terjerumus dalam kelalaian dan hawa nafsu. Dengan memahami pentingnya raja' (pengharapan kepada janji Allah) dan khauf (rasa takut kepada azab-Nya), kita dapat menjaga semangat dalam menjalankan ibadah dan meraih keberuntungan yang telah Allah janjikan.

Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages