RAHASIA KEBERKAHAN SILATURAHMI DALAM HADIS NABI

RAHASIA KEBERKAHAN SILATURAHMI DALAM HADIS NABI

Share This

 



Ulasan Pengajian kitab Ihya' Ulumiddin

Hari/ Tanggal : Kamis, tanggal 17 Shofar 1446 H - 22 Agustus 2024 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf

          Kewajiban kepada kerabat dijelaskan dalam hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagai berikut:

ُيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا الرَّحَمَنُ وَهَذِهِ الرَّحِمُ شققت لَهَا اسْمًا مِنْ اسْمِيْ فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّه 

          "Allah Ta'ala berfirman: 'Aku adalah Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan ini adalah rahim (hubungan kekerabatan). Aku menciptakan namanya dari nama-Ku. Barangsiapa menyambungnya, Aku akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa memutuskannya, Aku akan memutus hubungan dengannya.'"

          Hadis ini mengandung ancaman yang besar bagi mereka yang memutus silaturahmi. Orang yang memutuskan tali silaturahmi dianggap sial dan dapat membawa kesialan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

          Dalam Islam, konsep kesialan itu memang ada. Oleh karena itu, kita dilarang mendatangi tempat di mana Allah pernah menurunkan azab kepada suatu kaum, karena khawatir kita akan terkena dampaknya.

          Imam Ghazali menjelaskan dalam sebuah ungkapan, " ُعِنْدَ ذِكْر ِالصَّالِحِيْنَ تَنْزِلُ الرَّحْمَة" yang berarti "Ketika orang-orang saleh disebutkan, rahmat turun." Namun, rahmat tidak serta-merta turun hanya dengan menyebut nama orang saleh. Rahmat turun karena adanya keinginan untuk meniru kebaikan orang saleh tersebut, yang kemudian diikuti dengan tindakan nyata. Hal inilah yang dapat menimbulkan rahmat Allah dan menguatkan hati.

          Sebaliknya, jika kita menyebut nama orang fasik, hal itu bisa menimbulkan laknat. Laknat ini juga tidak langsung terjadi hanya karena menyebut namanya, tetapi apabila dalam hati muncul keinginan untuk meniru perilaku buruk orang fasik tersebut, itu bisa berbahaya. Terlebih lagi jika kita melihatnya langsung, hal ini bisa membuat maksiat menjadi tampak wajar di hadapan kita.

          Dan di antara tindakan yang bisa menurunkan rahmat dan mendatangkan laknat adalah memutus silaturahmi. Imam Ali Zainal Abidin pernah menasihati putranya dengan mengatakan, "Wahai putraku, jangan sekali-kali berteman dengan orang yang memutus silaturahmi, karena aku dapati orang yang memutus silaturahmi itu dikutuk di tiga tempat." 

          Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

ُمَنْ سَرَّهُ أَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ وَيُوَسَّعُ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه 

"Barangsiapa yang senang untuk dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi."

          Hadis ini mendorong kita untuk selalu menjaga hubungan baik dengan kerabat, karena hal itu tidak hanya mendatangkan kebahagiaan di dunia tetapi juga di akhirat. Maka orang yang memutus silaturahmi itu pendek umurnya dan sempit rezekinya.

          Dalam riwayat lain disebutkan: "Barangsiapa yang senang untuk dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan menyambung tali silaturahmi."

          Dan ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya: "Siapakah orang yang paling baik?" Beliau menjawab: "Orang yang paling bertakwa kepada Allah, paling menjaga silaturahmi, paling giat menyuruh kepada kebaikan, dan paling keras mencegah kemungkaran."

          Orang yang silaturahmi itu ketika ia tidak disapa ia menyapa, apabila ia diputus ia menyambung, dan memaafkan orang yang dzalim sebelum ia minta maaf, ini yang dinamakan silaturahmi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 

إِنَّ أَعْجَلَ الطَّاعَةِ ثَوَابًا صِلَةُ الرَّحِمِ، حَتَّى إِنَّ أَهْلَ البَيْتِ لَيَكُوْنُوْنَ فُجَّارًا فَتَنْمُوا أَمْوَالُهُمْ وَيَكْثُرُ عَدَدُهُمْ إِذَا وَصَلُوا أَرْحَامَهُمْ

"Sesungguhnya amal ketaatan yang paling cepat mendapat ganjaran adalah menyambung tali silaturahmi, hingga terkadang sebuah keluarga yang terkenal jahat bisa mendapatkan kekayaan yang melimpah dan jumlah keturunannya bertambah banyak jika mereka menyambung tali silaturahmi."

          Asma' binti Abu Bakar berkata: "Ibuku datang menemuiku dalam keadaan masih kafir. Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, 'Ya Rasulullah, ibuku datang menemuiku dan dia masih kafir. Apakah aku boleh menjalin hubungan baik dengannya?' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ya, silakan.'"

          Dalam riwayat lain, Asma' bertanya: "Apakah aku boleh memberinya sesuatu?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Ya, silakan, tetaplah menjalin hubungan baik dengan ibumu."

          Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan untuk tetap menjalin hubungan baik dengan orang tua meskipun mereka belum memeluk agama Islam. Ini mencerminkan pentingnya menghormati dan menjaga hubungan kekeluargaan, bahkan dengan orang tua yang masih belum beriman.

          Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sedekah yang diberikan kepada orang miskin dianggap sebagai sedekah biasa, tetapi jika diberikan kepada kerabat, maka itu dianggap sebagai dua hal: sedekah dan juga menyambung tali silaturahmi."

          Hadis ini mengajarkan bahwa memberikan sedekah kepada kerabat memiliki nilai lebih dibandingkan sedekah kepada orang miskin secara umum. Selain mendapatkan pahala sedekah, kita juga mendapatkan pahala tambahan karena menjaga hubungan baik dengan keluarga. Hal ini juga berlaku jika memberikan sedekah kepada kerabat terasa berat bagi hawa nafsu kita, karena seringkali memberi kepada keluarga dianggap biasa dan kurang mendapatkan pujian.

          Ketika Abu Talhah ingin bersedekah dengan kebun yang sangat disukainya, mengikuti perintah Allah dalam Al-Qur'an: 

َلَن تَنَالُوْا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْن

"Kalian tidak akan mencapai kebajikan hingga kalian menginfakkan apa yang kalian cintai" 

(QS. Al-Imran: 92)

          Ia berkata: "Ya Rasulullah, kebun ini aku sumbangkan untuk jalan Allah dan untuk fakir miskin." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Pahalamu akan diterima oleh Allah. Bagilah kepada kerabatmu."

          Hadis ini menggambarkan tindakan Abu Talhah yang ingin menyedekahkan kebunnya yang sangat ia cintai sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyarankan agar sedekah tersebut diberikan juga kepada kerabat, mengingat bahwa memberikan kepada keluarga mendapatkan pahala ganda, yaitu sebagai sedekah dan sebagai bentuk menyambung tali silaturahmi.

          Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan kerabat, baik dalam keadaan apapun, dan mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dengan begitu, kita dapat meraih kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup serta mendapatkan ridha Allah. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk menjalankan silaturahmi dengan penuh keikhlasan dan istiqamah.

Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages