MENGATASI KEPUTUSASAAN

MENGATASI KEPUTUSASAAN

Share This

 



Ulasan Pengajian Syarah Al-Hikam
Hari/ Tanggal : Jum'at, tanggal 10 Rabiul Awal 1446 H - 13 September 2024 M
Oleh  : Al Habib Abdul Qodir bin Abuya Ahmad bin Husein Assegaf

مَنِ اسْتَغْرَبَ أَنْ يُنْقِذَهُ اللهُ مِنْ شَهْوَتِهِ وَأَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ وُجُوْدِ غَفْلَتِهِ فَقَدِ اسْتَعْجَزَ الْقُدْرَةَ الإِلَهِيَّةَ وَكَانَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا

Siapa yang beranggapan bahwa Allah tidak bisa menyelamatkannya dari pengaruh syahwat dan beranggapan bahwa Allah tidak bisa menyelamatkannya dari kelalaian, maka ia sudah menganggap lemah kekuasaan Allah. Dan Allah atas segala sesuatu Maha berkuasa.


          Orang yang diperbudak oleh hawa nafsunya dan dikuasai oleh kelalaian, seharusnya tidak merasa bahwa Allah tidak mampu menyelamatkannya dari cengkeraman syahwat. Orang yang sudah kalah oleh hawa nafsunya memang akan sulit mengendalikannya dan setiap hari hidupnya akan dipenuhi kelalaian serta kenikmatan duniawi.

          Hal seperti ini banyak dialami oleh manusia. Ada orang-orang yang hidupnya selalu terarah pada kemaksiatan dan dipenuhi dengan kelalaian (ghaflah). Namun, jika di dalam hati orang seperti ini masih ada perasaan harap (roja') kepada Allah, maka ini masih merupakan tanda kebaikan, karena dia masih memiliki peluang untuk berubah. Sesungguhnya, hati manusia sering kali didekati oleh dosa, dan dosa itu bisa menjadi obat bagi hati yang telah dipenuhi kesombongan dan merasa bangga diri.

          Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

لَوْ لَمْ تَكُونُوا تُذْنِبُونَ، خَشِيتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ، الْعُجْبَ الْعُجْبَ
“Jika kalian tidak berdosa, aku khawatir kalian akan ditimpa perkara yang lebih besar darinya (dosa), yaitu ujub! ujub! (rasa bangga diri)” 

          Masalah utama terjadi ketika seseorang terjerumus dalam perbuatan dosa yaitu setan tidak pernah merasa puas hanya dengan itu. Setan menggoda setiap manusia, mulai dari ahli maksiat hingga orang yang saleh. Bahkan, terhadap orang-orang saleh, setan masih berusaha menyesatkan mereka. Setan memiliki banyak cara, yang disesuaikan dengan siapa yang digoda. Misalnya, jika orang yang digoda adalah orang saleh, setan tidak akan menggoda mereka dengan minuman keras, tetapi dengan sesuatu seperti kedudukan atau popularitas (jah).

          Setan tidak pernah berhenti mengganggu manusia. Ketika seseorang jatuh dalam dosa, ia akan dijatuhkan lagi ke dosa berikutnya. Setan perlahan-lahan menanamkan keyakinan bahwa orang tersebut sudah terlalu kotor dan tidak mungkin bisa kembali suci. Akibatnya, seseorang yang awalnya menyesal dan menangis karena perbuatan dosanya, akhirnya melakukan maksiat lagi keesokan harinya. Hal ini terjadi karena ia mulai berpikir bahwa ia tidak mungkin bisa menjadi orang baik lagi, sehingga memilih untuk terus tenggelam dalam kesalahan.

          Ada seseorang yang datang kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib untuk mengeluh bahwa ia merasa tidak bisa bertaubat lagi dan tidak ingin kembali ke jalan yang benar. Sayyidina Ali pun menjawab, "Hei, keputusasaanmu ini lebih besar daripada dosa-dosa yang telah kau lakukan sebelumnya." Sebab, jika seseorang sudah putus asa, ia tidak akan berusaha kembali ke jalan yang benar.

          Terkadang, ada juga orang saleh yang sudah meninggalkan dosa, rutin sholat lima waktu, dan menjalankan amalan sunnah, tetapi tetap terkena penyakit putus asa. Di hatinya timbul perasaan, "Saya sudah sering mengikuti pengajian, sudah lama mengamalkan wirid, tetapi kenapa saya masih lalai dalam sholat? Mengapa saya masih belum bisa sholat dengan khusyuk dan amalan-amalan saya tidak konsisten?" Akhirnya, ia merasa bahwa menjadi orang wali adalah sesuatu yang mustahil untuknya.

          Karena perasaan putus asa ini, ia berkesimpulan bahwa cukup baginya untuk sholat lima waktu saja dan mulai malas mengerjakan sunnah-sunnah yang biasanya ia lakukan. Ia merasa bahwa dirinya tidak akan pernah mencapai derajat yang ia harapkan. Semua ini adalah dampak dari keputusasaan yang menyesatkan.

          Dalam kitab Risalah Qusyairiah yang disebutkan nama-nama wali yang dahulunya mantan orang-orang ahli maksiat, sengaja imam qusyairi membuat seperti itu, yaitu untuk menarik orang-orang yang ingin bertaubat. Karena para wali itu tidak semuanya dalam masa kecilnya lurus, akan tetapi ada yang dahulunya ahli maksiat kemuadian Allah merubah dengan sekejap mereka menjadi orang saleh bahkan menjadi orang yang dekat dengan Allah.

          Sebagaimana disebutkan bahwa Fudhail bin Iyadh adalah seorang tokoh tasawuf yang dulunya seorang perampok yang kemuadi bertaubat karena mendengar ayat Al-Qur'an. Suatu saat beliau naik ke atas pohn yang tujuannya merampok, tiba-tiba ia mendengar orang membaca Al-Quran yang berbunyi,

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ

"bukankah sudah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk mengkhusyukkan hati mereka mengingat Allah?"

Ketika beliau dengar itu, beliau mengatakan, "wahai Allah, sekarang tiba waktunya untuk mengkhusukkan diri." Sehingga beliau akhirnya bertaubat pada waktu itu juga.

          Salah satu kisah menarik adalah tentang Abu Iqal bin Alwan. Pada masa mudanya, beliau tidak menghindari godaan yang berhubungan dengan wanita. Beliau sering mengikuti acara resepsi pernikahan yang diadakan khusus untuk perempuan di Timur Tengah, di mana laki-laki tidak diizinkan masuk. Namun, Abu Iqal berpura-pura menjadi wanita dengan mengenakan baju panjang dan cadar agar bisa berada di dekat para wanita yang tidak mengenakan hijab lengkap.

          Beliau mengikuti acara tersebut di berbagai tempat, hingga suatu ketika, ia menghadiri acara resepsi yang diadakan oleh seorang pejabat. Saat acara berlangsung, tiba-tiba kalung anak pejabat tersebut hilang, sehingga pintu ditutup dan semua tamu wanita diperiksa satu per satu. Satu per satu diperiksa, dan hanya tinggal dua orang yang belum diperiksa: satu wanita asli dan satu lagi Abu Iqal yang menyamar. Saat itulah, Abu Iqal berkata dalam hatinya, "Ya Allah, jika Engkau menolongku kali ini dan menutupi kesalahanku, aku berjanji akan bertaubat dan tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi."

          Ucapan ini adalah janji taubatnya yang ke-71 kali. Namun, Allah mengetahui bahwa kali ini ia benar-benar bersungguh-sungguh. Tiba-tiba, terdengar suara yang mengatakan bahwa kalung telah ditemukan, dan pintu dibuka kembali. Setelah kejadian itu, Abu Iqal kembali ke rumahnya, meninggalkan harta, keluarga, dan negerinya. Beliau pindah ke Afrika, bertemu dengan seorang syekh, dan akhirnya menjadi seorang wali.

          Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah pentingnya terus berusaha bertaubat, meskipun kita pernah jatuh ke dalam dosa berulang kali. Bisa jadi taubat kita kali ini adalah yang terakhir, dan setelah itu kita tidak akan kembali lagi ke maksiat.

          Ada jenis dosa yang membuat setan senang, dan ada juga yang membuat setan rugi. Setan merasa senang ketika seseorang berbuat dosa lalu merasa bahwa Allah tidak akan mengampuninya, sehingga orang tersebut terus-menerus jatuh ke dalam dosa. Namun, setan akan rugi jika orang yang berbuat dosa malah bertaubat dengan sungguh-sungguh dan melakukan lebih banyak amal kebaikan. Misalnya, seseorang yang setelah melakukan dosa membalasnya dengan melaksanakan 70 rakaat sholat, padahal sebelumnya ia tidak pernah melakukan sholat sebanyak itu. Dalam kondisi ini, setan akan menjauh karena merasa usahanya merugikan dirinya sendiri.

          Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyebutkan bahwa manusia yang jatuh dalam dosa kemudian bertaubat adalah benar-benar keturunan Nabi Adam. Namun, orang yang tidak pernah bertaubat setelah jatuh dalam dosa patut dipertanyakan, karena bisa jadi ia lebih dekat dengan gen setan daripada dengan keturunan Nabi Adam.

          Dari uraian di atas, kita dapat mengambil hikmah bahwa meskipun manusia sering kali terjerumus dalam dosa dan kelalaian, pintu taubat selalu terbuka selama hati masih memiliki harapan dan kerinduan untuk kembali kepada Allah. Keputusasaan adalah senjata setan yang paling berbahaya, karena menghalangi manusia untuk memperbaiki diri. Maka dari itu, kita memohon kepada Allah untuk selalu dikuatkan hati kita dan dijauhkan dari sifat putus asa, Amiin.

Wallahu a'lam bi Asshawab.

Mudah-mudahan bermanfaat.  https://t.me/darulihya

                                                    https://wa.me/c/6283141552774

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages